Pendidikan alternatif yang diselenggarakan di Indonesia adalah dengan menghadirkan pendidikan kesetaraan sebagaimana yang telah di atur Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, di mana Pendidikan Kesetaraan sebagai perwujudan sub-sistem pendidikan nonformal yang didasari atas masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. Hal itu dilakukan agar mereka (narapidana) remaja yang sedang menjalani hukuman harus tetap terjamin hak sebagai warga negara untuk mendapatkan wajib belajar.
Meskipun demikian, situasi pendidikan kesetaraan di lembaga pemasyarakatan tidak seperti biasanya pendidikan kesetaraan di satuan pendidikan non formal pada umumnya. Fenomena dan Kompleksitas permasalahan yang terjadi pada pendidikan kesetaraan di lembaga pemasyarakatan adalah berkaitan dengan permasalahan psikologis. Emosi negatif merupakan masalah substansial yang mewakili kondisi psikologis para tahanan di penjara.
Kondisi tersebut yang mendorong Tim PKM dari Pendidikan Non Formal UNTIRTA melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat. Adapun penyelenggaraan PKM tahun ini mengusung tema “Pembinaan Kebersyukuran untuk meningkatkan subjective
well-being Warga Binaan”. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan emosional pada warga Binaan di situasi sulit ujar Ketua Tim PKM Ila Rosmilawati, Ph.D. Dalam kesempatan yang sama Ila juga menyampaikan tentang pentingnya warga Binaan agar memiliki keterampilan khusus yang dapat bermanfaat ketika sudah selesai menjadi warga binaan di Rutan ini. Sangat disadari kehadiran pendidikan kesetaraan sebagai suatu rangkaian kegiatan bermakna ketika menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan perlu membangun persepsi positif atau menciptakan suasana menyenangkan agar permasalahan psikologis warga belajar dapat terurai, pungkas Ila Rosmilawati selaku ketua Tim yang juga Ketua Jurusan Pendidikan Non Formal.
Pelaksanaan pengabdian juga menghadirkan salah satu Praktisi Psikologi Pendidikan, Moh. Fikri Tanzil Mutaqin. Dalam kesempatan tersebut ia memberikan simulasi kebersyukuran (gratitude) dalam situasi keterbatasan. Ia juga menyampaikan setiap orang memiliki peristiwa diluar perencanaan bahkan peristiwa tersebut bisa saja yang tidak kita inginkan. Akan tetapi dari kondisi tersebut akan ada makna yang dapat dijadikan pelajaran dan disyukuri sehingga kita dapat memiliki emosi positif (bahagia, senang, ceria). Simulasi tersebut sangat mudah untuk dilakukan oleh semua orang termasuk rekan-rekan kita yang ada di lembaga pemasyarakatan. Ujar Fikri Tanzil. (Admin)